Thursday, October 31, 2013

Manajemen Periklanan 8



Dasar-dasar Periklanan
dosen : Santo Tjhin
Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Tarumanagara

ISI IKLAN 

Meneliti informasi informasi yang objektif adalah perbuatan yang sia-sia. Kebanyakan manusia berbeda pengertian satu dengan yang lainnya, mungkin sekali penafsiran terhadap sebuah stimulus akan berbeda jumlah dan jenisnya. Ada batas jumlah penafsiran yang mungkin diperoleh dari beberapa stimulus. Dengan berbatas sifat fisiknya, jumlah arti sebuah stimulus mungkin dapat mencapai angka yang sangat besar. Bagaimanapun, secara fungsional, kelompok-kelompok sosial selalu berusaha untuk mengurangi kedwiartian yang sangat banyak dengan besikap lain. Jka tidak, para anggota kelompok sosial tersebut tidak mungkin bisa bergaul dengan penuh perhatian. Pendapat Achenbaum menegaskan bahwa nilai informasi biasanya didefinisikan sebagai salah satunya dari empat sifat berikut : objektif, persuasif, bohong, dan . Rupanya keempat atribut tersebut dapat digunakan untuk mendefinisikan informi secara operasional, misalnya, dalam hal yang bisa diukur mereka akan gagal membohongi atau memalsukannya. 

Informasi Palsu
Knsep minat atau perhatian publik adalah sesuatu yang hanya dapat ditafsirkan kalau kita memiliki beberapa sebutan persamaan yang bisa diambil dari banyaknya heterogenitas konsumen. Para pembuat aturan, para pengelola, dan pengacilan tiap hari berusaha untuk menemukan sebutan persamaan dimaksud. Semua aturan kadang-kadang membingungkan, namun kita bisa menggunakan dua pendekatan utama yang terkenal. Pertama, pendekatan dengan anggan bahwa isi iklan terbatas pada informasi yang objektif. Kedua, pendekatan dengan anggapan bahwa semua kebutuhan manusia dapat dijelaskan secara alami, dan itulah objektif secara mendadar. Dua golongan kebutuhan alamiah yang berbeda selalu berarti: 1) keperluan yang rasional atau irasional 2) keperluan yang fungsional atau emosional. 

Objektifitas Fisik, Kimia, dan Atribut Lain
Banyak pengkritik iklan meminta ketegasan yang menyatakan bahwa iklan harus berisi informasi yang benar-benar objektif. Namun, manakah informasi yang objektif itu? Jawaban yang popul menyatakan: informasi tentang bentuk fisik, kandungan duniawi, dan mutu teknis produknya adalah objektif. Tujuan pengelola melibatkan daftar keistimewaan teknis penting sekali untuk menentukan besarnya jumlah konsumen. Namun demikian mereka akan menemukan kenyataan berikut: 1) kebanyakan konsumen tidak medmikirkan dan terlibat dalam keistimewaan teknis 2) kebanyakan konsumen tidak mengetahui dan juga tidak mengerti dasar-dasar keistimewaan teknis 3) kebanyakan konsumen tidak banyak menggunakan informasi teknis meskipun dipasaran tersedia dalam bahasa yang sederhana (Nicosia, 1974:268) 

Maka akhirnya kita akan sampai pada kesimpulan bahwa telah banyak fakta ilmiah yang membuktikan:
1) setiap interaksi antar manusia memiliki efek tertentu pada masing-masing mereka
2) kata-kata merupakan satu perngertian dimana manusia binteraksi
3) kata-kata berpengaruh
Tampaknya,

Wednesday, October 23, 2013

Manajemen Periklanan 7

Dasar-dasar Periklanan
dosen : Santo Tjhin
Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Tarumanagara

PENGARUH PERIKLANAN TERHADAP
KONSUMEN

Penyelewengan Dalam Iklan 
komunikasi personal ataupun media massa merupakan proses aktivitas dua arah. Dalam periklanan kita melihat bagaimana sebuah perusahaan dipaksa oleh realitas pasar untuk mengenal faktor-faktor utama dalam keahlian manusia berinteraksi. Didalam bahasa non-teknis ada beberapa proses psikologis dasar yang biasa memperhatikan iklan yang manipulatif. Dalam hal ini ditekankan bahwa manusia akan menyaring setiap informasi yang mereka terima, baik dari sumbernya maupun dari medium. cara demikian merupakan cara klasik untuk memotivasi persepsi.
bicara soal motivasi persepsi, perlu pula kita perhatikan adanya motivasi lupa dan ingat. beberapa penelitian mengkonfirmasikan bahwa manusia selalu mengingat apa yang sering mereka pergunakan, mereka pandang sangat perlu, dan apa yang selalu mereka rasakan. Sebaliknya manusia cenderung melupakan informasi yang jarang digunakan, tidak penting, atau tidak pernah merasakannya.
Kepentingan dan keterlibatan akan menentukan apakah informasi itu akan diingatnya, dan berapa lama dia mampu mengingatnya. akhirnya pesan pun akan diingatnya, sehingga berprilaku menurut: 1) jumlah dan jenis peristiwa yang mengintervensi penerimaan serta saat pemilihannya
2) jumlah dan jenis peristiwa yang ada disekitarnya pada saat dia harus memilih.
Objektivitas Informasi. berbgai literatur telah membuktikan bahwa informasi dalam suatu stimulus (iklan, label, atau kemasan) pengertian spesifiknya tergantung pada orang yang menerima stimulus itu. 

Dua kunci tentang persepsi pertama, kita melihat bahwa meskipun sangat pasif dan mau tak mau didatanginya, penerima suatu pesan akan aktif memanipulasi informasi yang dikandung stimulus yang diterimanya. kedua, dalam keadaan aktif memanipulasi, orang terikat pada subjektivitas yang dia gunakan untuk mengeluarkanbeberrapa informasi yang bisa dipahaminya dari kandungan stimulusnya. Setiap peasan, bagaimanapun jelas sifat fisiknya, mungkin selalu dimanipulasikan olaeh proses penafsiran dan akibat penafsirannya.
Memanipulasi merupakan kata kerja transitip, secara tidak langsung menyatakan seseorang (pengirim pesan), tindakkannya (antara lain menciptakan sebuah pesan), dan sasaran perbuatan orang lain (antara lain pencari atau penerima pesan si pengirim ).

Dillon menyatakan bahwa ada perbedaan antara informasi yang persuasif dengan informasi yang bersifat menipu (palsu). tanpa mengacu pada literatur khusus, agaknya ada tujuh metode yang lebih umum tentang manipulasi:
1. menggunakan daya tarik emosional
2. membuat keadaan tidak sempurna
3. membuat keadaan tidak relevan
4. membuat keadaan yang tidak bisa dibandingkan
5. melimpahkan bobot iklan sebanyak-banyaknya
6. berbuat subjektif
7. muslihat atau penggambaran keliru

Pengertian Manipulasi
sikap manipulatif pada periklanan tidak hanya dibuat didalam istlah penipuan. Justru itu dilakukan untuk landasan membujuk, mempengaruhi, atau meyakinkan orang. Tidak banyak orang percaya bahwa hal tersebut merupakan salah satu bentuk penipuan atau pembujukan pasar, dan karena itu mereka sebut manipulasi. 

Peranan Informasi
telah dikemukakan bahwa periklanan hanya berperan untuk memberi tahu para pembeli, yaitu menjelaskan tentang produk dan cara-cara penjualannya. Sebuah informasi yang jelas penting adanya, sebab memberi tahu orang bukanlah manipulasi. namun jika memberitahu para konsumen secara berlebihan, maka kita telah dianggap telah melakukan manipulasi.

Sifat persuasi
Sementara mengkomunikasikan informasi jelas merupakan salah satu peran periklanan, ada lagi peran lain yang tampak di sana, yaitu membujuk pembeli untuk meminatinya. Ada dua masalah besar yang terlihat dalam upaya persuasi sejauh pengiklan nasional diperhatikan:
1. haruskah persuasi memperoleh izin sebagai unsur dalam iklan barang atau merk barangnya?
2. jika diizinkan, adakah batas-batas tertentu bagi bentuk persuasi itu?

bentuk persuasi 
dalam periklanan periklanan memiliki lima tujuan utama yang esensial:
1. meyakinkan orang agar menggunakan barang yang sebelumnya tidak pernah dia gunakan
2. meyakinkan konsumen agar memakai produknya sesering, sesegera, atau sebanyak mungkin
3. meyakinkan konsumen agar terus menerus memakai produk bermerk isitmewa
4. meyakinkan pemakai agar membeli produk yang ukuran dan bentuknya bermerk istimewa
5. meyakinkan calon pembeli agar bertindak ke arah pemakaian produk merk tertentu,  seperti pergi ke toko untuk melihat barang-barang merk tertentu di etalase.

kegiatan periklanan tidak didasarkan pada informasi saja, melainkan juga pada penjelasan dari pandangan atau sikap mengenai informasi itu. informasi hanya berarti jika ditempatkan dalam suatu konteks tertentu. keadaan tersebut tidak bisa dipisahkan dari persuasi. 

dirangkum dari bab 7 buku Periklanan Manajemen, Kiat dan Strategi (Kustadi Suhandang)


Tuesday, October 22, 2013

Manajemen Periklanan 6

Dasar-dasar Periklanan
dosen : Santo Tjhin
Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Tarumanagara

SIFAT DAN PERANAN PERIKLANAN 
DALAM SISTEM SOSIOEKONOMI

Preferensi Masyarakat 
preferensi suatu kelompok masyarakat terhadap budaya akan mempengaruhi isi pesan iklan. Jadi , alat kontrasepsi tertentu bisa diiklankan di beberapa kelompok masyarakat tertentu, namun tidak mungkin bisa di kelompok masyarakat lain. Pada prinsipnya masyarakat demokratis memiliki sistem yang harus membuat tugas menjadi relatif sederhana dimana preferensi sosialnya dinyatakan, oleh para pembuat undang-undang berdasarkan hukum, dalam arti diterjemahkan dan dilaksanakan oleh para pejabat yang berwenang menjalankan aturannya dan pengadilan. Perubahan preferensi masyarakat dicerminkan oleh perubahan cara pemilihan wakil-wakil rakyat, hukum, dan penafsiran hukum.

Sifat Ekonomis Institusi Periklanan
pembahasan harus diawali dengan stereotip iklan yang kadang-kadang mengganggu munculnya data yang dipertimbangkan secara rasional.
Umumnya orang percaya juga bahwa kegiatan periklanan menyebabkan perubahan ekonomi, namun semua data yang diperoleh memberi kesan bahwa kegiatan periklanan cenderung mengikuti perkembangan ekonomi, alam arti, menyesuaikan diri dengan perubahan ekonomi.

dirangkum dari bab 6 buku Periklanan Manajemen, Kiat dan Strategi (Kustadi Suhandang)

manajemen periklanan 5

Dasar-dasar Periklanan
dosen : Santo Tjhin
Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Tarumanagara

PENILAIAN PROGRAM PERIKLANAN
Pasca Test Iklan 
dua pendekatan umum dalam rangka pasca test dimaksud dapat dilakukan oleh para pengusaha terkait, yaitu Starch test dan Gallup tet (Berkowitz, 1986: 479-480).
Starch test dilakukan untuk tujuan menaksir apakah iklan itu telah dikenal khalayak atau belum. 
Gallup test dimaksud menguji ingatan yang mencakup ingatan-ingatan lain yag bisa membantu, seperti: penjualan pasta gigi merk apa saja yang anda lihat di MATAHARI tadi malam? atau iklan mobil apakah yang terakhir anda lihat? 

Tolok Ukur
adapun yang menjadi acuan untuk mengukur apakah iklan yang telah diselenggarakan itu berhasil atau tidak, dapat dipantau dari dua segi, yakni segi efk dan legalitas. Dari  segi efek penyelenggaraan program periklanan harus dapat menghasilkan kenaikan total profit dan penurunan harga jual. sedangkan dari segi legalitas, semua langkah program periklanan tersebut tidak bertetangan dengan kode etik periklanan.

Desember 1980 di Jakarta, dilangsungkannya konvensi masyarakat periklanan Indonesia, Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (PPPI). Pada konvensi ini oleh pemrakarsa yang sama dengan yang menyelenggarakan Seminar Kode Etik Periklanan ( 1980 ), berhasil disempurnakan dan disahkan KODE ETIK PERIKLANAN INDONESIA. Kode etik ini kemudian disebut " Tata Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia " .

TATA CARA PERIKLANAN
Desember 1980 di Jakarta, dilangsungkannya konvensi masyarakat periklanan Indonesia, Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (PPPI). Pada konvensi ini oleh pemrakarsa yang sama dengan yang menyelenggarakan Seminar Kode Etik Periklanan ( 1980 ), berhasil disempurnakan dan disahkan KODE ETIK PERIKLANAN INDONESIA. Kode etik ini kemudian disebut " Tata Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia " .
1. Penerapan Umum.  
1.1 Individu atau organisasi usaha periklanan harus merupakan entitas yang didirikan secara sah, dan beridentitas jelas.
1.2 Semua pelaku dan usaha periklanan wajib mengindahkan hak cipta.
1.3 Penawaran harga produksi atau penyiaran materi  periklanan, harus diajukan berdasarkan permintaan dan taklimat (brief) resmi dari pemesan yang dilampiri naskah, serta segala hal yang terkait dengan kebutuhan pesanannya.
1.4 Izin produksi dan beban pajak yang timbul dalam proses produksi atau penyiaran materi periklanan, menjadi tanggungjawab  pelaksana pesanan dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari keseluruhan penawaran harga yang diajukan kepada pemesan.
1.5 Ikatan kerja antara pemesan dan pelaksana pesanan harus dikukuhkan dengan suatu
perjanjian, yang sekurang-kurangnya mencakup hal-hal sebagai berikut:
1.5.1 Kesanggupan pelaksana untuk melaksanakan dan menyelesaikan pesanan tersebut.
1.5.2 Spesifikasi, kualitas dan atau jumlah pesanan.
1.5.3 Syarat-syarat pemesanan dan jangka waktu penyelesaiannya.
1.5.4 Harga, cara, dan waktu pelunasan yang disepakati.
1.6 Pemesan wajib membayar pesanannya kepada pelaksana pesanan sesuai jumlah, cara, dan batas waktu yang sudah disepakati.
1.7 Komisi dan rabat harus diterimakan hanya kepada pemesan sebagai suatu badan usaha, bukan sebagai pribadi.
1.8 Setiap usaha periklanan wajib melindungi dan hanya menggunakannya untuk keperluan,
atau atas seijin pemilik yang sah, barang-barang hak milik pihak lain yang diproduksi, diserahkan atau dipinjamkan untuk keperluan sesuatu pesanan.
1.9 Setiap usaha periklanan wajib memegang teguh dan bertanggungjawab atas kerahasiaan segala informasi dan kegiatan periklanan dari klien, produk, atau materi iklan yang ditanganinya.
1.10 Ketidaksempurnaan hasil pesanan, tampilan iklan, atau pelaksanaan kesepakatan akibat kelalaian pelaksana pesanan, wajib diganti tanpa dipungut pembayaran, atau sesuai perjanjian antara para pihak.
2. Produksi Periklanan
2.1 Pengiklan
2.1.1 Pengiklan wajib memberi taklimat periklanan (advertising brief) atau keterangan yang benar dan memadai mengenai produk yang akan diiklankan.
2.1.2 Pengiklan wajib menghormati standar usaha yang berlaku pada pelaku usaha periklanan.
2.2 Perusahaan Periklanan
2.2.1 Perusahaan periklanan wajib memiliki akses terhadap informasi, prasarana, dan sarana yang sesuai dengan bidang usahanya.
2.2.2 Perusahaan periklanan wajib menghormati dan mematuhi Standar Usaha Periklanan Indonesia (SUPI).
2.2.3 Perusahaan periklanan tidak boleh menangani produk sejenis, kecuali dengan persetujuan tertulis dari para pengiklan terkait.
2.2.4 Pencantuman nomor kunci (key number) yang mengandung identitas perusahaan periklanan pada materi periklanan, harus atas seijin pihak pengiklan.
2.3 Mitra Usaha
2.3.1  Percetakan Izin produksi dan beban pajak yang timbul dalam proses produksi barang cetakan menjadi tanggungjawab perusahaan percetakan, dan menjadi bagian tak terpisahkan dari keseluruhan penawaran harga yang diajukan.
2.3.2  Griya Produksi Film Ikatan kerja antara griya produksi film dengan pemesan harus menca-kup juga hak atas kepemilikan, dan tanggungjawab atas penyimpanan hasil produksi, serta persyaratan atas  pesanan bulk copies (salinan massal).
2.3.3  Griya Swara
 Ikatan kerja antara griya rekaman suara dengan pemesan harus mencakup juga hak atas
kepemilikan, dan tanggungjawab atas penyimpanan hasil produksi, serta persyaratan atas
pesanan bulk copies.
2.3.4  Pelaksana Ajang (event organizer)
 Pelaksana ajang wajib mempunyai organisasi, kompetensi dan sarana yang memadai untuk menyelenggarakan ajang, sesuai dengan profil dan jumlah khalayaknya. Kompetensi
dimaksud termasuk:
a. Memiliki sendiri, atau akses pada pengarah lantai (floor director) dan pengarah panggung(stage director).
b. Kemampuan merancang run down acara.
3. Media Periklanan 
3.1 Data Perusahaan
 Profil dan jumlah khalayak media wajib dinyatakan  secara benar, lengkap, dan jelas, berdasarkan sumber data terbaik yang dimiliki media yang bersangkutan.
3.2 Cakupan Khalayak
 Pernyataan tentang cakupan distribusi atau siaran media haruslah yang sesuai dengan data pada jangkauan efektif dan stabil.
3.3 Pemesan
 Pembelian ruang dan waktu iklan di media hanya dapat dilakukan oleh perusahaan yang beroperasi secara sah di Indonesia.
3.4 Pesanan
 Program, jadwal atau frekuensi penempatan iklan harus dipegang teguh. Dalam hal terjadi
force mayeur, media yang bersangkutan harus memberitahukan kepada pemesan pada
kesempatan pertama.
3.5 Iklan Nirpesanan
 Penyiaran iklan di luar pesanan resmi, harus mendapat persetujuan dari pengiklan atau
perusahaan periklanan yang terkait.
3.6 Penempatan Iklan
 Media wajib memisahkan sejauh mungkin penempatan iklan-iklan dari produk yang sejenis atau bersaing. Kecuali pada program, ruang, atau rubrik khusus yang memang dibuat untuk itu.
3.7 Monopoli
Monopoli waktu/ruang/lokasi iklan untuk tujuan apa pun yang merugikan pihak lain tidak dibenarkan.
3.8 Tarif
Tarif iklan yang berlaku harus ditaati oleh pemesan.
3.9 Informasi Dasar
Segala informasi dasar yang menyangkut tarif iklan, program, ruang, waktu atau lokasi iklan, dan segala bentuk rabat harus diumumkan secara terbuka, jujur dan benar, dan  diberlakukan seragam kepada semua pemesan.
3.10 Perubahan Tarif Iklan
Perubahan tarif iklan dan segala ketentuan penyiaran wajib diberitahukan secara tertulis dan dalam tenggang waktu yang layak.
3.11 Komisi dan Rabat
Komisi dan rabat optimal hanya diberikan kepada perusahaan periklanan yang menjadi anggota asosiasi penandatangan EPI.  Komisi dan rabat harus diperuntukkan hanya kepada pemesan sebagai  suatu badan usaha, bukan sebagai pribadi.
3.12 Bukti Siar
Dokumen bukti penyiaran iklan wajib diserahkan media kepada pemesan sesuai jadwal yang telah disepakati.
3.13 Pemantauan
Pemantauan atas penyiaran iklan wajib dilakukan perusahaan periklanan sebagai bagian dari layanan usahanya.
3.14 Penggantian
Penggantian iklan yang tidak memenuhi mutu reproduksi atau siaran, ataupun tidak sesuai dengan jadwal akibat kelalaian media, wajib diulang siar tanpa biaya, atau diselesaikan menurut kesepakatan sebelumnya antara para pihak.
3.15 Pembayaran
Pembayaran iklan wajib dilakukan pemesan sesuai dengan jumlah, syarat-syarat, dan jadwal yang sudah disepakati.
3.16 Ancaman
Media tidak boleh memaksakan sesuatu pemesanan iklan dari pengiklan atau perusahaan periklanan dengan ancaman apa pun.
3.17 Ketentuan Lain
 Pelaku periklanan wajib menghormati dan mematuhi segala ketentuan lain yang berlaku bagi media periklanan yang tercantum sebagai kode etik profesi atau usaha media, dari asosiasi pengemban EPI.

dikutip dari bab 5 buku Periklanan Manajemen, Kiat dan Strategi (Kustadi Suhandang) 

manajemen periklanan 4

Dasar-dasar Periklanan
dosen : Santo Tjhin
Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Tarumanagara

STRATEGI DAN TEKNIK PERIKLANAN

Dalam kegiatan komunikasi dikenal ada empat teknik komunikasi, yakni teknik informatif, instruktif, persuasif, dan human relations. teknik informatif saja kurang diandalkan, sebab walaupun khayalak sudah menerima informasi tentang barang atau jasa yang ditawarkan, belum tentu hatinya atau pikirannya terdorong untuk membeli atau memilikinya. Teknik Instruktif mungkin bisa menggerakkan khalayak untuk membeli, namun khalayak membelinya secara terpaksa. Apalagi instruksi biasanya dilengkapi dengan ancaman. YAng paling efektif untuk menciptakan kesadaran, khalayak akan menerima, bahkan mungkin memelihara, barang atau jasa yang ditawarkan adalah teknik persuasif.
Persuasi adalah kegiatan psikologis dalam usaha mempengaruhi sikap, sifat, pendapat, dan perilaku seseorang, atau orang banyak. 
Pada hakikatnya semua orang selalu bergumul dalam usaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokoknya dalam halkesehatan, keamanan, pengaruh, kekuasaan, dan kepuasan hidupnya secara biologis, lahiriah maupun batiniah (Allen, 1941 : 386). Hal tersebut merupakan dasar bagi seseorang untuk berpikir, berbuat,dan bertingkah laku disamping faktor keinginan (wants and desire) serta dorongan jiwa (drive).
hambatan-hambatan yang akan dialami oleh teknik persuasi antara lain:
- Noice factor adalah hambatan berupa suara-suara yang mengganggu sehingga proses komunikasi tidak bisa berjalan sebagaimana mestinya.
- Semantic factor adalah hambatan berupa pemakaian kata atau istilah yang dapat menimbulkan salah paham atau salah pengertian.
- interest (keoetingan) akan membuat seseorang atau orang banyak selektif dalam menanggapi atau menghayati suatu pesan. Orang-orang hanya akan memperhatikan rangsangan yang ada hubungannya dengan kepentingannya sendiri.
- Motif akan mendorong seorang atau orang banyak berbuat sesuatu yang sesuai benar dengan keinginan, kebutuhan, dan kekurangannya. 
- Prejudice atau prasangka 
untuk menghindari hambaan-hambatan tersebut dalam upaya periklanan hendaknya menggunakan teori-teori persuasi yang dapat dipergunakan, yakni :
1. metode partisipasi yaitu cara persuasi dengan jalan mengikutsertakan seorang atau orang banyak dalam sesuatu kegiatan atau usaha dengan maksud untuk menumbuhkan perhatian.
2. metode asosiasi yaitu penyajian sesuatu hal atau gagasan dengan jalan  menempelkan atau menumpangkannya pada sesuatu objek atau peristiwa yang tengah menarik perhatian khalayak ramai.
3. metode pay off idea yaitu upaya persuasi dengan jalan rewarding atau iming-iming.
4. metode fear arrousing yaitu kebalikan dari metode pay off media tadi, metode ini justru menggunakann cara punishment atau menakut-nakuti.
5. metode cognitive dissonance yaitu kegiatan persuasi dengan menggunakan gejala hidup manusia yang tidak ada persesuaian antara pendapat serta sikap dengan perilakunya. 
6. metode icing device  yaitu cara persuasi dengan menggunakan emotional appeal
7. red hearing technique yaitu cara persuasi dengan jalan menggelakan argumentasi bagian-bagian yang lemah untuk kemudian diahlihkan sedikit demi sedikit kepada bagian-bagian yang kita kuasai atau bagian dimana kita berada dalam posisi yang kuat.

untuk mempengaruhi sikap, sifat, pendapat, dan perilaku khalayk dalam upaya periklanan melalui persuasi ini, perlu pula dipikirkan hal-hal yang besar sekali peranannya.
1. sugesti. penerimaan pesan apapun secara sugestif dapat dicapai apabila keadaan si penerima dalam keadaan :
- daya berpikirnya lambat
- kepastian batinnya lumpuh sehingga keadaan berpikirnya terpecah-pecah 
- percaya akan mitos
- terpengaruh otoritas dan prestise
- pembawaan 
- terpengaruh mayoritas pendapat
2. penyampaian pesan 
3. personal influence. orang-orang yang mempunyai pengaruh besar dimasyarakat akan mudah diperhatikan dan dipercaya
4. source credibility dalam menerima sesuatu orang akan berpikir tentang sumbernya,  seberapa besar masyakarakt dapat mempercayai sumber itu.

Rex F. Harlow (1957: 133) menyatakan bahwa usaha-usaha menumbuhkan perhatian dapat dilakukan dengan dua cara : 
A. memanfaatkan pengaruh stimulus (perangsang) dengn menggunakan:
1. Objek yang berubah-ubah dan bergerak
2. Intensitas Objek
3. Pengulangan
4. Bentuk dan ukurn objek
5. hal yang baru dan aneh
6. hubungan sekonyong-konyong dengan objek
7. objek yang menarik, penting, dan berkesan

B. memanfaatkan kondisi khalayak sasaran yang umumnya berupa:
1. familiar dengan objek
2. kepentingan
3. ada hubungan langsung
4. kondisi ruhaniah dan jasmaniah khalayak
5. feeling
6. kegiatan khalayak

Ian Harvey melalui artikelnya "The Technique of Persuasion" yang dimuat dalam Social Science in Public Relation  suntingan Rex F. Harlow, menyatakan bahwa di dalam mengadakan, persuasi orang harus berpedoman pada empat pegangan yaitu :
1. persoalan harus diterangkan sejelas mungkin
2. appeal persuasi hendaknya dilakukan lebih banyak secara langsung dan emosional ketimbang intelektual
3. bahasa yang digunakan hendaknya sederhana sehingga dapat dipahami dengan mudah
4. pernyataan hendaknya disusun secara jelas dan berulang-ulang

dikutip dari bab 4buku Periklanan Manajemen, Kiat dan Strategi (Kustadi Suhandang)